Teori Persimpangan

      Persimpangan jalan adalah suatu daerah umum dimana dua atau lebih ruas jalan (link) saling bertemu/berpotongan yang mencakup fasilitas jalur jalan (roadway) dan tepi jalan (road side), dimana lalu lintas dapat bergerak didalamnya. Persimpangan ini adalah merupakan bagian yang terpenting dari jalan raya sebab sebagian besar dari efisiensi, kapasitas lalu lintas, kecepatan, biaya operasi, waktu perjalanan, keamanan dan kenyamanan akan tergantung pada perencanaan persimpangan tersebut. Setiap persimpangan mencakup pergerakan lalu lintas menerus dan lalu lintas yang saling memotong pada satu atau lebih dari kaki persimpangan dan mencakup juga pergerakan perputaran.
     Di dalam terminologi perencanaan transportasi, tundaan, kapasitas, antrian, dan konflik lalu lintas merupakan parameter-parameter yang sering dimanfaatkan untuk menganalisis performansi lalu lintas baik pada persimpangan maupun pada kaki persimpangan. Paper ini mencoba menjelaskan prioritasi pengembangan persimpangan dilihat dari aspek konflik lalu lintas untuk menilai kemudahan bermanuver serta keselamatan sebagai performansi pergerakan lalu lintas pada persimpangan. Tingkat konflik diestimasi dari jumlah konflik lalu lintas per jumlah lalu lintas yang bergerak pada suatu persimpangan per fase hijau selama periode yang ditetapkan.
     Desain suatu persimpangan jalan raya juga tidak terlepas dari tingkat kenyamanan dan keamanan pengguna jalan, yang dapat berupa : rambu, penghalang yang dapat dipindahkan, dan lampu lalu-lintas. Yang mana kesemuanya merupakan sarana utama pengaturan, peringatan, atau pemanduan lalu-lintas di seluruh jalan dan dalam penggunaannya dapat digunakan secara terpisah atau digabungkan bila perlu, dengan tujuan menjamin keselamatan, keamanan, dan keefisiensian persimpangan dengan cara memisahkan aliran kendaraan yang saling bersinggungan pada waktu yang tepat. Permasalahan tersebut juga mendasari prioritasi perngembangan perbaikan persimpangan. Data kondisi eksisting persimpangan, volume lalu-lintas di persimpangan, dan panjang siklus dari lampu lalu-lintas dipersimpangan diperoleh dari survey langsung dan metode simulasi.

Pergerakan lalu lintas ini dikendalikan berbagai cara, bergantung pada jenis persimpangannya.
## Alih Gerak ( Manuver) Lalu lintas pada Persimpangan Jalan 
- Diverging (memisah) 
  Divering adalah peristiwa memisahnya kenderaan dari suatu arus yang sama kejalur antara lain :
 diverging
 
 
 
 
 




- Merging ( Menggabung)
  Merging adalah peristiwa menggabungnya kenderaan dari suatu jalur ke jalur yang lain :
 merging








- Crossing ( memotong)      
Crossing adalah peristiwa perpotongan antara arus kenderaan dari satu jalur ke jalur yang lain pada persimpangan dimana keadaan yang demikian akan menimbulkan titik konflik pada persimpangan tersebut.

 crossing
 
 
 
 
 
 



- Weaving (menyilang)
 Weaving adalah pertemuan dua arus lalu lintas atau lebih yang berjalan menurut arah yang sarna sepanjang suatu lintasan dijalan raya tanpa bantuan rambu lalu lintas.
Gerakan ini sering terjadi pada suatu kenderaan yang berpindah dari suatu jalur kejalur lain misalnya pada saat kenderaan masuk kesuatu jalan raya dari jalan masuk, kemudian bergerak kejalur lainnya untuk mengambil jalan keluar dari jalan raya tersebut keadaan ini juga akan menimbulkan titik konflik.

 weaving

 









- Titik Konflik pada Persimpangan Jalan 
Keberadaan persimpangan pada suatu jaringan jalan, ditujukan agar kenderaan bermotor, pejalan kaki (pedestrian), dan kenderaan tidak bermotor dapat bergerak dalam arah yang berbeda dan pada waktu yang bersamaan. Dengan demikian pada persimpangan akan terjadi suatu keadaan yang menjadi karakteristik yang unik dari persimpangan yaitu munculnya konflik yang berulang sebagai akibat dari pergerakan ( manuver ) tersebut.
Berdasarkan sifatnya konflik yang ditimbulkan oleh manuver kenderaan dan keberadaan pedestrian dibedakan 2 type yaitu:
1. Konflik primer yaitu konflik yang terjadi antara arus lalu lintas yang saling memotong
2. Konflik sekunder yaitu konflik yang terjadi antara arus lalu lintas kanan dengan arus lalu lintas arah lainnya dan atau lalu lintas belok kiri dengan para pejalan kaki.
Adapun titik konflik yang terjadi disuatu persimpangan dapat dilihat pada  gambar berikut :

 titik konflik persimpangan

Pada dasarnya jumlah titik konflik yang terjadi dip
ersimpangan tergantung beberapa faktor antara lain:
1. Jumlah kaki persimpangan yang ada
2. Jumlah lajur pada setiap kaki persimpangan
3. Jumlah arah pergerakan yang ada
4. Sistem pengaturan yang ada

*Jenis persimpangan Jalan 
Ada dua jenis/macam persimpangan jalan dilihat dari perencanaannya yaitu :
a. Pertemuan/persimpangan Jalan Sebidang
b. Pertemuan/persimpangan jalan tidak sebidang (simpang susun)

**Persimpangan jalan sebidang
Pertemuan/persimpangan sebidang adalah pertemuan dua ruas jalan atau lebih secara sebidang I tidak saling bersusun. Pertemuan ini direncanakan sedemikian dengan tujuan untuk mengalirkan atau melewatkan lalu lintas dengan lancar serta mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan/pelanggaran sebagai akibat dari titik konflik yang ditimbulkan dari adanya pergerakan antara kenderaan bermotor, pejalan kaki , sepeda dan fasilitas-fasilitas lain atau dengan kata lain akan memberikan kemudahan , kenyamanan dan ketenangan terhadap pemakai jalan yang melalui persimpangan. Perencanaan persimpangan yang baik akan menghasilkan kualitas operasional yang baik seperti tingkat pelayanan, waktu tunda, panjang antrian dan kapasitas.
**Persimpangan Tidak Sebidang / Simpang Susun ( Interchange)
Persimpangan tidak sebidang adalah persimpangan dimana dua ruas jalan atau lebih saling bertemu tidak dalam satu bidang tetapi salah satu ruas berada diatas atau dibawah ruas jalan yang lain. Perencanaan pertemuan tidak sebidang dilakukan bila volume lalu lintas yang melalui suatu pertemuan sudah mendekati kapasitas jalan-jalannya, maka arus lalu lintas tersebut harus bisa melewati pertemuan tanpa terganggu atau tanpa berhenti, baik itu merupakan arus menerus atau merupakan arus yang membelok sehingga perlu diadakan pemisahan bidang (Grade sparation) yang disebut sebagai simpang tidak sebidang (Interchange). Pada pertemuan tidak sebidang ini ada kemungkinan untuk membelok dari jalan yang satu kejalan yang lain dengan melalui jalur-jalur penghubung (ramp)


Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan didalam perencanaan suatu persimpangan, faktor tersebut antara lain:
1. Faktor lalu lintas
2. Faktor Operasional dan Infrastruktur
3. Faktor Geometrik dan Tataguna Lahan
4. Faktor manusia
     Pemanfaatan keterbatasan anggaran sangatlah penting guna alokasi untuk perbaikan simpang. Pemerintah saat ini sulit ditekan untuk pengembangan rencana tahunan yang jelas dapat memprioritaskan proyek-proyek perbaikan persimpangan. Metode yang dilakukan saat ini hanya didasarkan pada keselamatan persimpangan dengan fokus total pada rasio biaya-manfaat dari analisis keselamatan. Menurut standar yang diberlakukan pemerintah sesuai Peraturan Menteri Perhubungan Nomor Km 14 Tahun 2006 bahwa  tingkat pelayanan dan operasional suatu ruas jalan haruslah secara optimal penggunaannya.

   Ada beberapa teknik pemecahan dan prosedur perbaikan persimpangan dan pengamatan yang dilakukan,diantaranya adalah:
1. B/C ratio;
2. Simpang prioritas;
3. Bundaran lalu lintas;
4. Perbaikan geometrik persimpangan;
5. Pengendalian persimpangan dengan alat pemberi isyarat lalu lintas; dan/atau
6. Persimpangan tidak sebidang.
   Berserta dari sisi tingkat pelayanannya, diantaranya :
a. kecepatan lalu lintas (untuk jalan luar kota);
b. kecepatan rata-rata (untuk jalan perkotaan);
c. nisbah volume/kapasitas (V/C ratio);
d. kepadatan lalu lintas;
e. kecelakaan lalu lintas.
 

Tinggalkan komentar